Senin, 24 November 2025

Guru Kajoran Go Digital: Bedah Gemini AI di HUT PGRI

 

KAJORAN. Dalam rangka memperingati HUT ke-80 PGRI dan Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2025 sekaligus memeriahkan Bulan Guru Nasional, PGRI Cabang Kajoran menggelar Workshop Guru Melek Digital #3 dengan tema “Pemanfaatan Gemini AI dalam Pembelajaran.” Kegiatan berlangsung pada Rabu, 12 November 2025, di aula SD Negeri Sambak.

Ketua PGRI Cabang Kajoran, M. Ainur Rofiq, S.Pd.I, Dalam sambutannya menyampaikan bahwa beberapa rangkaian lomba dilaksanakan dalam rangka memeriahkan HUT PGRI, namun tidak kalah pentingnya dilaksanakan pula workshop peningkatan kompetensi guru, yang diikuti oleh 67 guru perwakilan dari seluruh SD di Kecamatan Kajoran.

Tak hanya membedah Gemini AI, workshop kali ini juga memberikan materi menarik lainnya, yakni Optimalisasi IFP (Interactive Flat Panel) untuk Pembelajaran dan Pengelolaan Ekinerja melalui Ruang GTK bagi ASN. Pemateri dalam kegiatan tersebut adalah para punggawa dari Tim Kreatif Kajoran Sinau yang sukses membuat suasana belajar menjadi hidup dan penuh makna.

Korwil Disdikbud Kajoran juga hadir memberikan sambutan dan arahan. Ia mengingatkan bahwa guru harus mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. “Teknologi memang tidak bisa menggantikan peran guru, tapi tanpa mau belajar teknologi, kita justru akan terlindas dengan teknologi itu sendiri. Mari, kita jadikan teknologi, khususnya Gemini AI ini, sebagai asisten pribadi kita,” tegasnya.

Semangat para peserta yang antusias mengikuti workshop ini menunjukkan bahwa guru-guru Kajoran siap menyambut masa depan pendidikan yang lebih digital dan inovatif. Lewat workshop seperti ini, guru tidak hanya mendapat ilmu baru tapi juga inspirasi untuk terus berkembang demi kemajuan pembelajaran. (Makruf S Marmah)



Sabtu, 22 November 2025

Hujan Apresiasi bagi Pahlawan Pendidikan di Kecamatan Kajoran

PGRI Cabang Kajoran menggelar rangkaian perayaan HUT ke-80 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sekaligus Hari Guru Nasional (HGN) Tahun 2025. Pelaksanaan kegiatan berlangsung dengan meriah yang telah dimulai sejak tanggal 19 November 2025, sekaligus untuk menyemarakkan Bulan Guru dengan berbagai lomba dan kegiatan edukatif serta sosial.

Beragam kegiatan yang dilaksanakan selama hampir sepuluh hari tersebut meliputi lomba bola volly, bulutangkis, menghias nasi tumpeng, serta pembuatan komik digital menggunakan Canva. Selain itu, PGRI Cabang Kajoran juga mengadakan Workshop Guru Melek Digital #3 dengan tema “Pemanfaatan Gemini AI dalam Pembelajaran” sebagai upaya meningkatkan kemampuan digital para guru di era teknologi. Kegiatan sosial seperti donor darah, jalan sehat, dan santapan rohani juga turut meramaikan peringatan ini.

Pada Peringatan HUT ke-80 PGRI tahun ini, PGRI Cabang Kajoran memberikan apresiasi sekaligus penghargaan kepada para Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) berprestasi serta tokoh masyarakat yang memiliki kepedulian tinggi terhadap dunia pendidikan, yaitu Kepala Desa Krinjing dan Ketua Komite Sekolah SDN Sambak, serta komunitas penggerak Pendidikan, yaitu K3S Dwija Rembug Kec.Kajoran dan Tim Kreatif Kajoran Sinau.

Ketua PGRI Cabang Kajoran, Muhamad Ainur Rofiq, S.Pd.I., menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua pihak yang telah mendukung seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan, sehingga berjalan dengan lancar dan sukses. “Kami mengapresiasi kerja keras semua pihak yang telah membantu menyukseskan acara ini. Semoga semangat guru terus menyala untuk mencerdaskan generasi bangsa,” ujarnya.

Sementara itu, Koordinator Wilayah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Korwil Disdikbud) Kecamatan Kajoran, Makruf Sodikin, S.Pd., MM.Pd., memberikan apresiasi dan penghargaan kepada segenap jajaran pengurus PGRI Cabang dan seluruh anggotanya di semua jenjang, mulai dari PAUD/TK, SD/MI, hingga SMP. Ia menilai kolaborasi dan sinergi adalah menjadi kata kunci suksesnya peringatan HUT PGRI dan Hari Guru Nasional yang penuh makna, semangat kebersamaan, dan motivasi untuk terus berinovasi demi pendidikan yang lebih baik. Semoga semangat ini terus menyala dan menular ke semua lini kehidupan. (Makruf S Marmah)

Kamis, 20 November 2025

CERPEN: Mendung Menggelantung di Awal November


Cerpen berjudul “Mendung di Pertengahan Maret” telah diterbitkan dalam buku antologi cerpen “Kenangan Putih Abu-Abu” di tahun 2016

Di Tahun 2025 ini ada sebuah cerpen karya Abu Firja berjudul “Mendung Menggelantung di Awal November” sangat menggelitik untuk bisa diterbitkan dalam satu buku antologi cerpen “Kisah Baju Seragam Keki” Penasaran? Silahkan baca cerpennya berikut ini! :

Oktober baru saja berlalu, namun awan kelabu sudah menggelayut pekat di hati Susi. Bukan karena langit pagi itu mendung, melainkan karena bayangan mata teduh Pak Dayat, Kepala Sekolah tempatnya mengajar, terus menghantuinya.

Pikiran Susi berkecamuk. Ia tahu betul status dan batasan itu. Ia seorang guru muda yang idealis, seharusnya fokus pada pendidikan karakter murid-muridnya. Dayat sendiri adalah sosok kepala sekolah panutan, tegas, berwibawa, dan yang paling penting, sudah beristri dengan dua anak yang menginjak dewasa.

Hubungan terlarang itu bermula dari hal yang paling polos: pekerjaan. Awalnya hanya diskusi tentang Kurikulum Merdeka, masalah siswa yang sulit diatur, atau persiapan akreditasi sekolah. Obrolan profesional itu sering berlanjut hingga larut di ruang kepala sekolah yang sepi setelah semua guru pulang. Kelelahan bekerja seringkali memicu curhat masalah pribadi. Susi menemukan kenyamanan dan kesabaran dalam setiap nasihat dari Dayat, sementara Dayat menemukan pendengar yang antusias dan suportif dalam diri Susi.

Sejak saat itu, ada ikatan tak kasat mata yang terjalin. Tatapan mata Dayat kini lebih sering tertuju padanya saat rapat. Pesan singkat di grup kantor seringkali berlanjut menjadi pesan pribadi yang lebih intim. "Sudah makan, Bu Susi?" atau "Jangan terlalu lelah ya, istirahat dulu," menjadi sapaan rutin yang membuat jantung Susi berdebar tak karuan.

Puncaknya terjadi sore itu. Hujan turun deras, menggagalkan niat Susi untuk segera pulang. Hanya ada mereka berdua di kantor. Suasana temaram dan aroma kopi yang diseduh Dayat menciptakan keintiman yang menyesakkan. Saat itulah, Dayat mengakui perasaannya. Pengakuan yang sudah Susi tunggu-tunggu, sekaligus ia takuti.

"Mungkin ini salah, Sus," ucap Dayat, suaranya terdengar berat, "Tapi saya... saya merasa nyaman sekali saat bersamamu. Ada sesuatu yang sudah lama hilang dari hidup saya."

Susi terdiam. Hatinya terbelah dua. Satu sisi menjeritkan dosa dan moral, sisi lain merindukan kasih sayang yang tulus dari sosok pemimpin yang super sabar itu. Akhirnya, godaan itu pun menang. Mereka terjerumus dalam satu kesalahan besar yang mengubah segalanya.

Seminggu setelah kejadian itu, mendung di awal November semakin pekat. Bukan hanya di langit, tapi juga di ruang guru. Bisik-bisik mulai terdengar. Gelagat canggung antara Susi dan Dayat saat berinteraksi di depan publik mulai tercium oleh rekan-rekan guru lainnya. Istri Dayat, yang kebetulan juga seorang guru, mulai menunjukkan tatapan curiga setiap kali mampir datang ke sekolah suaminya.

Susi merasa tertekan. Setiap tawa muridnya terasa hambar. Setiap langkahnya di koridor sekolah terasa berat, seperti berjalan di atas kaca rapuh yang siap pecah kapan saja. Ia merasa menjadi guru terburuk, merusak kepercayaan orang-orang yang mengaguminya sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

Dayat pun tak jauh beda. Wibawanya perlahan luntur. Ia menjadi lebih sering marah-marah, seolah-olah rasa bersalah itu merenggut ketenangan dalam memimpin. Sekolah yang tadinya kondusif, kini terasa penuh ketegangan, diracuni oleh situasi yang rumit antara dua insan yang seharusnya menjadi teladan.

Mendung di awal November itu akhirnya memuncak menjadi badai. Kebenaran terkuak. Situasi sulit itu menyebar dengan cepat, menghancurkan reputasi, karier, dan yang terpenting, keluarga. Susi terpaksa mengundurkan diri, sementara Dayat menghadapi tuntutan berat dari istrinya dan sanksi dari dinas pendidikan.

Tak ada pemenang dalam kisah ini. Hanya ada kehancuran dan penyesalan yang mendalam. Mendung itu bukan hanya tentang hujan yang turun di bulan November, tetapi tentang awan kelabu yang menaungi sebuah institusi pendidikan yang seharusnya suci dari noda. (Makruf S Marmah)

Selasa, 11 November 2025

Sinergi SDN Sambak dan Lazis Jateng: Bekali Orang Tua Jadi ‘Pahlawan’ di Era Digital


KAJORAN – Bertepatan dengan momentum Hari Pahlawan, SDN Sambak menggelar kegiatan parenting dengan tema “ Cara Bijak Menggunakan Gadget untuk Orang Tua dan Anak” dengan menghadirkan narasumber KH. Muhtadikadi, Lc (Pengasuh Ponpes Ihsanul Fikri Pabelan Magelang) yang berfokus pada tantangan orang tua di era digital, Senin (10/11/2025). Acara ini terselenggara atas sinergi dan kolaborasi apik antara pihak sekolah dengan Lazis Jateng, serta dihadiri oleh puluhan wali murid dan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut dengan antusias.

Kepala SDN Sambak, Salamah, S.Pd. dalam sambutannya menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan wujud kepedulian bersama untuk membentengi generasi muda. "Kegiatan parenting ini bisa terlaksana berkat sinergi dan kolaborasi antara pihak sekolah dengan Lazis Jateng. Kami memandang kegiatan ini sangat penting di era digital seperti sekarang ini," ujarnya.

Beliau juga menyoroti isu krusial penggunaan gawai (HP/gadget) oleh anak-anak. Menurutnya, kunci utama pengendalian dampak negatif teknologi ada pada orang tua. "Anak adalah peniru ulung. Jika kita ingin anak tidak salah dalam menggunakan HP, maka kita sebagai orang tua harus memberi contoh yang baik terlebih dahulu," tegasnya.

Pesan senada disampaikan oleh Koordinator Wilayah (Korwil) Disdikbud Kecamatan Kajoran, Makruf Sodikin, S.Pd., MM.Pd. Ia memberikan apresiasi yang sangat luar biasa atas inisiatif SDN Sambak dan Lazis Jateng. Menurutnya, di zaman serba teknologi, peran orang tua dalam pengawasan/pemantauan menjadi sangat vital. "Gawai (HP) itu ibarat pisau bermata dua. Jika salah dalam pemanfaatannya, ia akan menjadi bumerang bagi penggunanya," kata Makruf.

Sementara itu, ketua komite sekolah,, As’ad Toha dalam sambutannya menyampaikan bahwa, kegiatan ini memiliki makna ganda. Selain sebagai ajang pembekalan ilmu, acara ini juga menjadi momentum silaturahmi yang tertunda bagi seluruh wali murid dan guru.

"Sedianya, kegiatan parenting ini akan kami laksanakan di awal tahun ajaran baru. Namun, karena berbenturan dengan berbagai agenda perayaan HUT RI, maka baru bisa terlaksana hari ini," jelas Ketua Komite.

Ia menambahkan, pemilihan tanggal 10 November juga disengaja untuk mengambil semangat Hari Pahlawan. "Kami rasa ini momentum yang pas. Sekaligus memperingati Hari Pahlawan dan menjadi ajang silaturahmi bagi seluruh wali murid, terutama bagi wali murid kelas 1 yang baru saja bergabung menjadi keluarga besar SD Negeri Sambak" tuturnya. (Makruf S Marmah)

Rabu, 29 Oktober 2025

AI dan Gemini Hadir Sebagai Asisten Guru, Bukan Menggantikan Peran Guru

JAKARTA-Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Direktorat Jenderal Guru, dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) menyelenggarakan Program Gemini Academy (GA) Batch 2. Kegiatan ini dilaksanakan dalam dua sesi, yakni pada tanggal 25 Oktober dan 1 November 2025.

Program ini merupakan hasil kolaborasi dengan PT. Reformasi Generasi Indonesia (REFO) dan dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikdasmen, Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd.

Gemini Academy Batch 2 dirancang khusus untuk para guru dan tenaga kependidikan dengan tujuan utama meningkatkan literasi mengenai Kecerdasan Artifisial (KA) atau Artificial Intelligence (AI), dengan Fokus utamanya pada pemanfaatan KA, khususnya Gemini, untuk mendukung proses pembelajaran di kelas.

Selama program berlangsung, para peserta mendapatkan berbagai materi esensial, di antaranya: Membangun literasi AI dengan Gemini, Cara menggunakan Gemini dengan aman dan bertanggung jawab,  Eksplorasi kesempatan dan tantangan integrasi AI untuk pendidikan, Mendorong kreativitas dan produktivitas guru menggunakan Gemini, Pelaksanaan program ini diharapkan dapat mengakselerasi adaptasi teknologi AI yang aman dan efektif di lingkungan pendidikan dasar dan menengah. (Makruf S Marmah)



Selasa, 14 Oktober 2025

80 Guru dan Tenaga Kependidikan Inspiratif Berkompetisi dalam Ajang GTK Berprestasi Kabupaten Magelang 2025

 


Magelang, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Magelang sukses menyelenggarakan ajang Seleksi Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Berprestasi tingkat kabupaten pada Jumat, 10 Oktober 2025. Acara yang digelar untuk menjaring para guru dan tenaga kependidikan terbaik ini diikuti oleh 80 GTK dari jenjang SD dan SMP.

Para peserta terbagi dalam tiga kategori yang menyoroti peran strategis mereka di dunia pendidikan. Kategori GTK Transformatif menjadi yang paling diminati dengan 55 peserta, diikuti oleh kategori GTK Dedikatif dengan 20 peserta, dan GTK Pelopor Komunitas Belajar dengan 5 peserta.

Dalam proses seleksi, seluruh peserta wajib memaparkan inovasi dan praktik baik mereka melalui presentasi di hadapan dewan juri, yang dilanjutkan dengan sesi wawancara. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga merupakan panggung bagi para guru dan tenaga kependidikan  untuk berbagi praktik baik dan menginspirasi sesama.

"Seleksi ini adalah merupakan wujud penghargaan/apresiasi terhadap para guru dan tenaga kependidikan yang telah menunjukkan kinerja yang luar biasa. Mereka adalah motor penggerak transformasi pendidikan di Kabupaten Magelang," ujar salah satu dewan juri.

Melalui ajang seleksi tersebut, dipilih juara 1, 2, dan 3 dari masing-masing kategori. Para peraih juara 1 akan menjadi duta untuk berlaga di ajang serupa di tingkat Provinsi Jawa Tengah. Semoga semangat dan inovasi yang ditunjukkan para peserta diharapkan dapat menjadi pemantik kemajuan pendidikan yang lebih merata dan berkualitas khususnya di Kabupaten Magelang. (Makruf S Marmah)

Minggu, 12 Oktober 2025

"TAMU WAJIB DAHAR"

 

(Photo Dok.Pribadi)

Ada yang unik sekaligus menggelitik di ruang tamu salah satu pondok pesantren di Magelang. Di antara untaian kaligrafi dan foto-foto ulama, tertempel selembar tulisan sederhana namun tegas di dinding: "TAMU WAJIB DAHAR". Dalam bahasa Jawa, dahar adalah istilah halus untuk makan. Jadi, setiap tamu yang datang, diwajibkan untuk makan.

Bagi banyak orang yang akrab dengan budaya pesantren, menghormati tamu dengan suguhan makanan adalah hal yang lumrah. Namun, menjadikannya sebuah "kewajiban" tertulis adalah sebuah anomali yang sarat makna. Ini bukan sekadar aturan, melainkan sebuah proklamasi tulus tentang cara memuliakan tamu.

Aturan ini sejatinya adalah solusi cerdas untuk mematahkan "rasa sungkan" atau pekewuh, sebuah sifat yang mendarah daging dalam budaya Jawa. Seringkali, saat tamu disuguhi makanan, mereka akan menolak dengan halus, meski perut sebenarnya keroncongan. Mereka khawatir merepotkan tuan rumah. Nah, dengan adanya tulisan ini, sang Kyai seolah berkata, "Jangan khawatir, Anda tidak merepotkan. Justru, dengan makan di sini, Anda telah menyenangkan hati kami." Beban sungkan itu seketika terangkat dari pundak para tamu.

Lebih dalam lagi, "kewajiban" makan ini adalah simbol penyaluran berkah. Di lingkungan pesantren, makanan yang disajikan dari ndalem (kediaman Kyai) diyakini membawa keberkahan. Dengan "mewajibkan" tamu untuk makan, sang Kyai memastikan setiap orang yang datang tidak hanya pulang membawa pencerahan ilmu atau nasihat, tetapi juga membawa pulang berkah yang melekat pada setiap butir nasi dan tegukan air.

Pada akhirnya, tulisan "TAMU WAJIB DAHAR" adalah pelajaran tentang ketulusan yang melampaui basa-basi. Di dunia yang serba formal dan sering kali penuh kepura-puraan, aturan sederhana ini mengajarkan kepada kita tentang esensi silaturahmi yang sebenarnya, yaitu berbagi, menerima, dan menyatu dalam kehangatan tanpa sekat. Sebuah "paksaan" yang dilandasi oleh rasa cinta, dan bukan kuasa. (Makruf S Marmah)

Guru Kajoran Go Digital: Bedah Gemini AI di HUT PGRI

  KAJORAN. Dalam rangka memperingati HUT ke-80 PGRI dan Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2025 sekaligus memeriahkan Bulan Guru Nasional, PGRI...