Sabtu, 25 Juni 2022

Sepenggal Kisah Dari Kelas Media Guru Jogja

 

(Photo: Dok Pribadi)

IMPIAN "JAMES BOND" MENERBITKAN BUKU

Ibarat kolam, penulis adalah air dan penerbit adalah ikannya. Untuk menerbitkan sebuah buku dibutuhkan penulis yang melahirkan karya dan penerbit yang mempublikasikan karyanya. Awal tahun 2017, media guru gencar menularkan virus menulis bagi para guru lewat program Satu Guru Satu Buku (SAGUSABU).

Berbekal dari mengikuti kelas menulis media guru Jogja, kami pun berangkat ke Jakarta dengan satu misi launching buku satu guru satu buku dalam acara “Gebyar Literasi” bersama  ratusan guru penulis dari seluruh Indonesia.    

Dengan dukungan kemudahan komunikasi melalui medsos, kami pun bersepakat untuk berangkat bersama-sama menuju acara Gebyar Literasi di Jakarta. Jumat, tanggal 19 Mei 2017 pukul 20.00 WIB, kami dari alumni kelas media guru Jogja  yang berasal dari berbagai daerah sudah siap berkumpul di stasiun Tugu Jogjakarta.

Ada hal menarik dari peserta Gebyar Literasi yang dihelat pada tangggal 20 dan 21 Mei 2017 di Jakarta tersebut. Mayoritas peserta gebyar literasi adalah perempuan. Dari kelas media guru Jogja pun, satu-satunya peserta laki-laki yang kebetulan berangkat bersama-sama hanya saya. Maka oleh Pak Mohamad Ihsan (CEO Media Guru) saya diparabi (dijuluki) seperti “James Bond” yang dikelilingi wanita-wanita cantik.

Dengan menumpang kereta api Taksaka, kami pun berangkat dari stasiun Tugu menuju ke stasiun Senin. Pukul 07.00 WIB kami sudah menginjakkan kaki di kantor kemendikbud. Setelah semuanya mandi, sarapan dan memantaskan diri, bersegeralah kami menuju ke Gedung A Kemendikbud di mana akan dilangsungkan acara Gebyar Literasi.

Atmosfir di ruangan gedung A kemendikbud sontak berubah  begitu lagu "We are The Champions" berkumandang di ruangan tersebut. Betul-betul menjadi kenangan yang amat manis bagi setiap penulis yang bukunya dilaunching saat itu. Ibarat kuliah, itu adalah wisudanya para penulis.

Saat itu banyak penulis yang bahagianya tak terbendung karena buku yang dinanti sudah ada di genggaman. Namun, ada pula yang bahagianya harus tertunda karena bukunya belum muncul juga.

Sore harinya kami diajak mengikuti acara talk show peluncuran buku di Puri Indah Mall. Setelah acara selesai, kami pun bergegas menuju mobil pengantar untuk menuju LPMP  Jakarta sebagai tempat peristirahatan kami.

Mengawali hari, setelah sarapan pagi, bus penjemput pun sudah siaga di halaman penginapan untuk mengantarkan kami ke gedung kemendikbud lagi.  Suasana pagi yang cerah ditambah dengan wajah-wajah sumringah para guru penulis membuat pemandangan semakin memesona. Apalagi diwarnai dengan ratusan cover buku ukuran jumbo yang dibawa oleh masing-masing peserta semakin menambah semaraknya suasana.

Saat ratusan peserta mulai dengan bangga memamerkan cover bukunya masing-masing, aku hanya bisa diam dan menyaksikan momen itu dengan suasana hati yang tidak karuan. Rasa bangga, haru, sedih, kecewa semua bercampur jadi satu. Bangga karena aku bisa berkumpul dengan guru-guru hebat, sedih dan kecewa sebab tidak dapat mengikuti semua rundown acara dengan sempurna karena terkendala dengan kondisi fisik yang seharusnya memang butuh istirahat total.

Saya menyadari, ternyata virus yang ditularkan oleh CEO Media Guru betul-betul bisa mengabaikan rasa sakitku sehingga mampu mengantarkan aku sampai di acara itu. Betapa tidak, untuk berjalan sejauh 100 meter saja minimal saya harus dua kali berhenti dengan menahan rasa sakit yang tak terperi. Akhirnya, aku pun harus pasrah dan menyerah tidak dapat mengikuti "car free day" menuju monas dengan pertimbangan masalah kesehatan.

Absen dalam acara "car free day", otomatis kesempatan untuk bisa memamerkan cover buku kebanggaanku dengan menyusuri jalan-jalan protokol ibukota menjadi sirna. Namun di balik  itu, ternyata Allah SWT memberikan kesempatan yang sangat berarti bagiku ketika saya tidak bisa ikut larut dalam euforia gebyar literasi di monas. Saat itu, tanpa ada rencana dan agenda yang tidak kami ketahui sebelumnya, kami diajak menuju ke ruang perpustakaan kemendikbud untuk mengikuti sarasehan tentang Gerakan Literasi Sekolah. Dalam forum tersebut, kami mendapatkan banyak informasi dan pengetahuan serta diberi kesempatan untuk turut berbagi pengalaman berkaitan dengan dunia literasi.

  Gebyar Literasi pun telah usai. Kami dari alumni kelas Media Guru Jogja berangkat menuju  bandara Sukarno Hatta untuk terbang kembali ke daerah masing-masing sesuai jadwal yang telah ditentukan. Kami pulang dengan menenteng banyak buku, namun sayang buku yang diharapkan yang merupakan hasil karya sendiri belum bisa dinikmati dengan berbagai alasan yang menyertai.

Selama perjalanan pulang dalam pesawat, kami pun telah bersepakat bahwa buku hasil karya alumni kelas Media Guru Jogja akan terus kita kawal sesuai dengan komitmen awal. Semoga impian untuk menerbitkan buku sendiri bukan hanya sekedar ilusi. Salam literasi ! (Makruf S Marmah)

ADAPTASI DENGAN APLIKASI

           Di era teknologi, tak dapat dipungkiri semua sektor butuh aplikasi, tak terkecuali sektor pendidikan. Dalam dunia perdagangan (ju...