Kamis, 20 November 2025

CERPEN: Mendung Menggelantung di Awal November


Cerpen berjudul “Mendung di Pertengahan Maret” telah diterbitkan dalam buku antologi cerpen “Kenangan Putih Abu-Abu” di tahun 2016

Di Tahun 2025 ini ada sebuah cerpen karya Abu Firja berjudul “Mendung Menggelantung di Awal November” sangat menggelitik untuk bisa diterbitkan dalam satu buku antologi cerpen “Kisah Baju Seragam Keki” Penasaran? Silahkan baca cerpennya berikut ini! :

Oktober baru saja berlalu, namun awan kelabu sudah menggelayut pekat di hati Susi. Bukan karena langit pagi itu mendung, melainkan karena bayangan mata teduh Pak Dayat, Kepala Sekolah tempatnya mengajar, terus menghantuinya.

Pikiran Susi berkecamuk. Ia tahu betul status dan batasan itu. Ia seorang guru muda yang idealis, seharusnya fokus pada pendidikan karakter murid-muridnya. Dayat sendiri adalah sosok kepala sekolah panutan, tegas, berwibawa, dan yang paling penting, sudah beristri dengan dua anak yang menginjak dewasa.

Hubungan terlarang itu bermula dari hal yang paling polos: pekerjaan. Awalnya hanya diskusi tentang Kurikulum Merdeka, masalah siswa yang sulit diatur, atau persiapan akreditasi sekolah. Obrolan profesional itu sering berlanjut hingga larut di ruang kepala sekolah yang sepi setelah semua guru pulang. Kelelahan bekerja seringkali memicu curhat masalah pribadi. Susi menemukan kenyamanan dan kesabaran dalam setiap nasihat dari Dayat, sementara Dayat menemukan pendengar yang antusias dan suportif dalam diri Susi.

Sejak saat itu, ada ikatan tak kasat mata yang terjalin. Tatapan mata Dayat kini lebih sering tertuju padanya saat rapat. Pesan singkat di grup kantor seringkali berlanjut menjadi pesan pribadi yang lebih intim. "Sudah makan, Bu Susi?" atau "Jangan terlalu lelah ya, istirahat dulu," menjadi sapaan rutin yang membuat jantung Susi berdebar tak karuan.

Puncaknya terjadi sore itu. Hujan turun deras, menggagalkan niat Susi untuk segera pulang. Hanya ada mereka berdua di kantor. Suasana temaram dan aroma kopi yang diseduh Dayat menciptakan keintiman yang menyesakkan. Saat itulah, Dayat mengakui perasaannya. Pengakuan yang sudah Susi tunggu-tunggu, sekaligus ia takuti.

"Mungkin ini salah, Sus," ucap Dayat, suaranya terdengar berat, "Tapi saya... saya merasa nyaman sekali saat bersamamu. Ada sesuatu yang sudah lama hilang dari hidup saya."

Susi terdiam. Hatinya terbelah dua. Satu sisi menjeritkan dosa dan moral, sisi lain merindukan kasih sayang yang tulus dari sosok pemimpin yang super sabar itu. Akhirnya, godaan itu pun menang. Mereka terjerumus dalam satu kesalahan besar yang mengubah segalanya.

Seminggu setelah kejadian itu, mendung di awal November semakin pekat. Bukan hanya di langit, tapi juga di ruang guru. Bisik-bisik mulai terdengar. Gelagat canggung antara Susi dan Dayat saat berinteraksi di depan publik mulai tercium oleh rekan-rekan guru lainnya. Istri Dayat, yang kebetulan juga seorang guru, mulai menunjukkan tatapan curiga setiap kali mampir datang ke sekolah suaminya.

Susi merasa tertekan. Setiap tawa muridnya terasa hambar. Setiap langkahnya di koridor sekolah terasa berat, seperti berjalan di atas kaca rapuh yang siap pecah kapan saja. Ia merasa menjadi guru terburuk, merusak kepercayaan orang-orang yang mengaguminya sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

Dayat pun tak jauh beda. Wibawanya perlahan luntur. Ia menjadi lebih sering marah-marah, seolah-olah rasa bersalah itu merenggut ketenangan dalam memimpin. Sekolah yang tadinya kondusif, kini terasa penuh ketegangan, diracuni oleh situasi yang rumit antara dua insan yang seharusnya menjadi teladan.

Mendung di awal November itu akhirnya memuncak menjadi badai. Kebenaran terkuak. Situasi sulit itu menyebar dengan cepat, menghancurkan reputasi, karier, dan yang terpenting, keluarga. Susi terpaksa mengundurkan diri, sementara Dayat menghadapi tuntutan berat dari istrinya dan sanksi dari dinas pendidikan.

Tak ada pemenang dalam kisah ini. Hanya ada kehancuran dan penyesalan yang mendalam. Mendung itu bukan hanya tentang hujan yang turun di bulan November, tetapi tentang awan kelabu yang menaungi sebuah institusi pendidikan yang seharusnya suci dari noda. (Makruf S Marmah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CERPEN: Mendung Menggelantung di Awal November

Cerpen berjudul “Mendung di Pertengahan Maret” telah diterbitkan dalam buku antologi cerpen “Kenangan Putih Abu-Abu” di tahun 2016 Di Tahu...